Rabu, 07 Maret 2012

Bukan masa lalu dan masa depan

Jalan yang dulu ku lalui belum ku lupa,
Setiap jengkal bebatuan ku tau persis masih seperti yang dulu, bahkan angin dan air tak sempat menggelindingkannya kekiri dan kekanan.
Bunga yang dulu pernah ku petik masih membekas patah kecil di tangkainya.

Kembali ku ingat dengan siapa aku melangkah dan untuk siapa ku petik bunga itu,
Ingin aku bertanya pada rumput yang masih pipih karna pijakan kaki kami,
Tentang seseorang yang pernah ku pegang tangannya dan ku remas,

Namun rumput tak mampu menjawab karna selama ini dia terus berusaha berdiri dari pijakan ku dulu.

Untung,
pedagang kaki lima yang pernah ku sapa dulu menjawab dengan pertanyaannya.

"Hai nak! di mana Ibumu yang memiliki bunga indah di sudut kerudungnya itu?"

Pedagang itu mengingatkan ku dengan sosok wanita yang memang tidak pernah aku lupakan,
Dan satu hal yang tidak aku ceritakan kepada pedagang kaki lima itu, bahwa bunga yang indah itu bukan di kerudung Ibu ku,

Tapi tepat di Hatinya,
tak bersudut dan tak bertepi.

Pasti bukan persegi, lingkaran atau segitiga.

Selasa, 18 Oktober 2011

dua lembar surat

aku ingin ke ibukota,
membawa selembar kertas merah muda dan selambar lainnya kertas dalam amplop.
aku datang ibukota,
untuk mu dan selembar kertas baru.


pinjamkan aku tinta,
berwarna merah atau hitam dan biru.

Senin, 25 Juli 2011

Monolog Orang Waras



Sekelompok orang gila di rumah sakit jiwa tengah melakukan aktivitas, ada yang melamun, tidur, bermain-main, berkelahi, dll. Persis seperti petinggi-petinggi negara.
Pasien 1, 2 dan 3 sedang bermain, tertawa, menangis dan melakukan aktivitas bersama. Seketika mereka melihat sebuah kursi kayu yang sudah lapuk dimakan rayap, ketiga pasien tersebut mendekati kursi. Pasien 1 langsung duduk di kursi tersebut namun kedua temannya mendorong sampai pasien 1 terjatuh dari kursinya, akhirnya mereka pun memperebutkan kursi yang sudah lapuk itu. Pertengkaran mereka menjadi-jadi sampai mereka membuat kursi itu patah dan hancur. Melihat itu mereka berhenti bertengkar dan mereka memperbaiki kursi tersebut menjadi kursi yang layak untuk diduduki. Setelah selesai mereka meninggalkan kursi itu ditempat mereka menemukannya dan mereka kembali melakukan aktivitas seperti sebelum menemukan kursi yang membuat mereka bertengkar.
Sedang asik bermain mereka kedatangan teman baru,pasien 4 seorang wanita yang terlihat lemah, namun tubuhnya masih terlihat indah. Pasien 4 ini hanya tertidur di koridor rumah sakit, celana pendek yang tersingkap sehingga menampakkan paha putihnya dan baju kaos oblong yang sedikit tembus pandang membuat pasien 1, 2 dan 3 tadi mendekatinya, melihat dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tanpa pikir panjang ketiga pasien tersebut membuka bajunya dan lebih mendekat kepada pasien 4 dan makin mendekat, lalu mereka menutup tubuh pasien 4 dengan baju-baju mereka lalu kembali bermain.
Di sudut koridor pasien 5 tengah melamun tanpa ekspresi sedikitpun. Diduga dia masuk rumah sakit jiwa ini karna batal jadi anggota dewan yang terhormat, dia terus melamun sambil terus hormat kepada ranting-ranting pohon yang dianggap sebagai rakyatnya. Pasien 5 ini menggunakan sebuah jas dan hanya bercelana pendek, tanpa ada rasa malu dia berlagak seperti anggota dewan yang agung.
Beberapa menit setelah itu datang kunjungan para calon anggota dewan yang sedang berkampanye dan menarik perhatian masyarakat dengan pergi melihat pasien rumah sakit jiwa. Dengan gaya yang dibuat-buat calon anggota dewan tersebut duduk manis di kursi, (yang diperebutkan pasien 1, 2 dan 3 tadi) memperhatikan pasien2 sedang bermain, namun tertuju pandangannya kepada pasien 4 lalu mendekatinya dan seketika membuka tutupan baju yang dberikan oleh pasien 1, 2 dan 3 tadi, pemilik-pemilik baju tadi hanya melihat lalu melanjutkan permainan mereka. Calon anggota dewan tadi lalu mengelus-elus rambut pasien ke 4 lalu menuju tubuh tak berdaya tersebut, karna sadar adanya pers yang meliput, calon anggota dewan tersebut berdiri dan menjauh dari pasien 4 menuju pasien 5 dengan membiarkan tubuh itu tidak tertutup baju yang semula menutupinya.
Setelah berkeliling melihat-lihat, calon anggota dewan tersebut meninggalkan rumah sakit jiwa dengan terus memperhatikan tubuh pasien 4 yang hanya terbungkus baju tipis. Pasien 5 terus melihat kepergian calon anggota dewan tersebut dan berkata kepada rakyatnya “itu calon teman ku” (bangga).
NB: semoga berubah lebih baik

SELESEI

Minggu, 10 Juli 2011

kumpulan puisi

HAMKA DAN PEMERAN UTAMA

Dia kata cinta bersama janji tiga helai rambut
Sebuah karangan indah tentang cinta yang disebut romantic
Dia kata janji terus bertepat
Tiga helai rambut berbuah tiga janji hidup
Hidup indah
Hidup kaya dan hidup tanpa janji
Hamka terus bercerita, tetapi ditengah halaman
Pemeran utama sakit dan terputus perannya.
Hamka sekarang meramal cinta sampai pemeran utama sembuh dan menyambung cerita lagi.
            Seorang wanita muda diramalkan mati mengenang cinta
Gelombang laut lebih kuat dari janji tiga helai rambutnya.
            Hamka sekarang berkata
Cerita telah tutup buku karna pemegang janji telah mati,
Cerita bersambung sampai ada janji-janji lain.















DUA BULAT PANJANG

Dua bulat panjang pengantar mimpi
Satu bulat memberi makna dengan hitamnya hidup
Anak-anak baru berumur terus melukis cita-citanya dengan dengan tinda hitam keAbu-abuan sampai ke ujung kata lalu titik.
Dua bulat member bentuk baru,
Iblis terus mencatat dosa-dosa bocah yang terus bermimpi dibawah selimut asap, mengepul dan hilang di udara,
Tapi tangan kanan Tuhan terus menulis kata-kata penghibur anak-anak yang sedang menangis, merengek hanya untuk meminta fikirannya.
Dua bulat panjang menjadi iblis dan terkadang bayi yang mesih merah bekas bekas perjuangan hidupnya (suci).


















KUTA TANYA ANAK KAMPUNG

Bunga Sakura yang tumbuh di negeri putih sekarang ikut gugur bersama ombak Kuta.
Semua terlihat syahdu dengan sinar peraduan metahari dengan ujung ombak di seberang sana.
            Kuta memanggil
            Berharap datang seekor Garuda datang menjemput anak-anak pemain sandiwara kata        yang lapar dengan kata Selamat Datang.
Terdengar kabar!
Garuda salah alamat, tak tau jalan menuju kampoeng sandiwara.
Tiga ratus enam puluh lima hari
Matahari telah bosan menunggu di ujung peraduan dengan ombak yang terus menggila membasahi mukanya dan ombak bersuar
            “Tolong jemput anak kampuoeng sebelah”


















CERITA DINDING SEL

Sebuah ruangan kosong persegi
Dinding kanan terdapat sebuah pigura yang sedikit miring berselimut kaca buram.
Tiga orang berkerudung tersenyum dalam pigura itu, tapi satunya kemudian menangis sambil duduk dipujok pigura itu.
Sebuah ruangan kosong persegi
Dinding belakang sedikit retak dimakan usia,
Satu coretan menggambarkan kenangan ruang kosong
            “kami kikis tembok agar menjadi pintu”
Ruangan kosong persegi
Disetiap sudutnya telah terkelupas dan keriput
Dindingnya polos masih bersih dari ketuaan
Dibawahnya sepasang kasur santai terbuat dari rajutan daun kelapa, nyaman dan menghangatkan
Kotak kecil persegi
Besi kuat pembuahan baja dan biji besi kini menjadi dinding depan yang juga pntu berongga lurus besar.
Batang-batang penuh karat oleh jejak tangan-tangan putus asa
Sebuah kotak kosong persegi yang manjadi ruangan kecil tempat semua harapan terkubur dan bernyanyi
“kapan besi menjadi kayu yang bisa kami kupas sedikit-demi sedikit”










MATEMATIKA JAM PASIR

Jam pasir terus menghitung waktu mundur
Terbelah semua otak memikirkan habis massa pasir,
Semua kepintaran diadu di hadapan jam pasir berbingkai hitam ini.
Sekarang waktu telah habis
Jam pasir sedang menghidung waktu maju
























LABA-LABA DAN MALAIKAT

Ketika laba-laba kecil menyulam bantal tidur siang malaikat
Rapi,
Teliti, semua dilakukan dengan senyum mengumbar pipinya yang kemerah-merahan.
Dibentangkan kasur beserta bantalnya untuk para malaikat,
Dilantukan lagu nina bobok agar mereka cepat tidur…
Sekarang laba-laba kecil menyulam panic besar untuk merebus kepala-kepala malaikat sebelum mereka terbangun dari tidur panjangnya
Laba-laba telah tumbuh dewasa
Bukan bantal yang dirajut, tapi langit yang akan jadi kanvas untuknya mengukir sulamanya dengan jaringnya.



















CARITA PUTIK KECIL

Berawal dari putik yang indah
Ikut berkembang dengan pupuk kandang yang bau menyengat.
Guyah batang oleh tiupan anak iblis
Tapi!
Kumbang-kumbang hitam memperkokoh semua pegangan.
Putik berkembang sangat menawan
Ranting-ranting kokoh bertengger disela-sela duri kecil
Ingin kembali kumbang berjuang bersama
Tapi!
Duri-duri menusuk mati.
Bukan cerita cinta, tapi kepercayaan bertahan hidup.


















APA KABAR GARUDA

Apa benar sayap garuda tak cukup 17?
Kabarnya taring garuda telah habis!
Apa darahnya masih merah?
Tuangnya bukannya telah menghitam karna lapuk!
            Garuda ku tak lagi terbang
            Hanya mematung dibuku catatan sambil menangisi keturunannya.
Teknologi telah tinggi, garuda diganti dengan kakaktua yang bebas hinggap di jendela.






















SEBELUM KARTINI ADA POETERI

Tengah malam menjelang subuh tanggal 22 April 1832
Seorang gadis kecil lahir dari tong kulit elastic
Haru semua ibu bapaknya melihat tubuh kecil itu berdarah,
“anakku perawan”
Gadis kecil sekarang bernama poeteri!
Berlari-lari kecil mengejar bonekanya yang sudah lusuh oleh waktu.
Bibir merah bergincu itu memonyongkan bibirnya untuk mencium kekasihnya di depan cermin setinggi pagar belakang rumah.
“kau masih perawan?”
Berjalan mengguncangkan dadanya yang besar menyentuh dagunya yang runcing seolah mendahului waktu.
Sekarang tanggal 23 Desember 1999
Poeteri telah remaja, berjalan dengan waktu yang terus menatap dada poetry yang hanya tertutup selendang tipis dan berayun-ayun dengan kuatnya.
“benar kau masih perawan?”
Poeteri merangkak menahan nikmatnya, sedangkan waktu terus melihatnya yang sekarang suci tubuhnya tanpa sehelai benang selendang yang menodai tubuhnya.
“aku tau, kau tak perawan lagi!”
Poeteri tersenyum mendengar itu, dia senang dengan kenyataannya.
Waktu menangis menatap poeteri menjerit dan berdarah.
Sekarang tahun 2012, poeteri berumur 16 tahun.








BUKAN  GURU YANG MENYANDANG SENAPAN

Pahlawan tanpa tanda jasa
Benar
Mereka bertumpah di ujung mudanya
Ketika tua bertamu mereka menderita dalam penghargaan, Benar tak ada tanda jasa.
Senjata yang dulu dipanggul
Helem pelindung kepala yang sudah bocor oleh peluru.
Seragam termakan usia, berkabut dan jaring laba-laba
Tak ada yang dapat dijual.
Sekarang perang terakhirnya.
Benar-benar tanpa jasa, sekarang hanya mengharapkan suapan anak cucnya yang menangis menyuapinya dengan sambal terong busuk dan ikan asin bekas kemarin sore.
Tak ada tanda jasa
Benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa.
















MATA NEGERI

Kembali laba-laba hitam pekat melinting pecahan kaca menjadi satu, membentuk suatu bentuk sempurna.
Memelas sepasang mata kaki memohon
“jauhkan kaca-kaca itu”
Laba-laba terus menyulam kaca-kaca itu dengan pongaknya,
Bukan tak menerima air mata mata kaki
Laba-laba terus menyusun pecahan kaca menjadi sempurna
Tapi, bukan untuk yang laim, tapi untuk dirinya sendiri, untuk jaringnya sendiri.
Kaca telah sempurna
Semua mata merintih menangisi luka sayatan sulaman kaca laba-laba.
Mata tak lagi melihat, lutut tak lagi bersuara.
Laba-laba asik merangkai pecahan kaca untuk meta kaki lain.
Air mata menangis.
















PLAGIAT TAK BERMODAL

Meniru semua tang terfikir
Teman kau pinjam otakku untuk kelangsungan hidup
Tak sepadan otak dengan harga mati dua ribu perak.
Kembali berlayar dengan tongkang yang telah bocor, sudah ku bilang, tambal tongkang itu
Kau pura acuh tapi tetap memakan perkataanku dan berkata kepada tetangga
“ini kreatifitas sendiri”
Ombak tak berani memecah karang,
Angin tak pinta mengadu hujan
Tak bisa teman belajar dari alam?
Tak bisa tak merampas milik tuhan dan kau jual sebagai barang dagangan mu?
            Ingat, anjing tak mau memakan tulang anjing lainnya.


















KENANGAN MILIK VETERAN

Kini masih menangis sepasang sepatu kilit
“kemana pemilikku”
Berterang dalam gelap mereka meratap
“kapan dia kembali”
Jaket loreng lusuh kemaren masih menitikkan air mata
Dijemur di suhu 100 derjat tak membuatnya berhenti menitikkan air mata.
“kemana tubuh itu”
Bermandi keringat darah dia bersujud
“apa masih ada veteran?”
Tanah merangkak, melompat, berlari mencemooh sepatu kuli dan jaket loreng.
“semua cerita telah kami kubur”
Sepatu kulit dan jaket loreng memilih menjerit kepada lima bintang
“dimana penghargaan kami”
















TANGAN KECIL BERGIRING-GIRING  (3)

Tutup botol pengambung nyanyiannya
Topi kulit penopang kepalannya dari terik matahari
Keriput itu bukan tua, itu jaket.
Bocah berlari mengejar setoran,
Bersiul-siul kecil dengan wajah tuanya.
Belum puas?
100 perak, 200 perak, tiga ratus perak
Giring-giring terus dipukul ke tangan kecilnya
100 perak, 200 perak, tiga ratus perak
Tak pandai bocah hitungan lebih tiga ratus perak
Bocah tua itu letih berhitung
Sekarang giring-giring yang menghitung pukulanya.

















TAK ADA PENJELASAN

Mereka tak tau
Mereka tak tau
Mereka tak tau
Mereka tak tau
Aku menangis tersedu-sedu memikirkan tak tau
Aku meratap, mengiba tak tau
Aku tak tau yang mereka tau
Aku tak tau kalau negeri ini mereka yang tau
Mereka tak tau kalau kami tak tau
Negeri ini hanya mereka yang tau
Derita ini takkan mereka TAU



















MALAIKAT BERNADA SUMBANG

Teeeeettt…rrr
Aah terompetnya sumbang
Apa malaikat yang tak bisa meniup sangkakalanya?
Atau memang nadanya yang salah?
Trrreeeeeeetttt….tt
Masih sumbang.
“hai malaikat, tanyakan pada Tuhan-mu, kenapa belum datang kiamat itu?”
Malaikat terus memperbaiki terompetnya
Tuhan terus mencari buku nadanya dengan pucat
“maaf, kiamat terlambat”


















KREASI ORANG BAWAH

Tak terfikirkan semua yang difikirkan
Kembali ke awal untuk mencari akhir
Beringsut berfikir
Lihat di dalam celana, kemaluan memikirkan haknya sendiri dan lihat di dalam kutang, payudara mengembang sendiri, lihat juga isi otak, tak dapat berfikir sendiri.
Alangkah nodohnya otak dalam celana dan kutang,
Terlalu egoistis dengan desahnya sendiri.
Berfikir lagi tapi beri kesempatan untuk hati memikirkan kemauannya.
Fikirkan apa yang ada di celana dan di kutang
Ludahi semua hatu dengan sperma otak yang terlalu banyak berfikir sampai-sampai tumpah mengisi tempat pembuangannya.


















SUNGGUH PAK BAGIO

Bertabur kamboja putih
Bermandi hujan mata yang terus membasahai keringatnya, pak Bagio.
Terus menggali tanah lembab merah.
Sedau ku bilang jemur dulu tanah ini.
Pak Bagio!
Batu persegi panjang ditegakkan sendiri di kepalanya,
Biar ku bantu pak Bagio!
Pak Bagio menangis mengadu kepada Tuhan-nya
“saya menangis Tuhan, tolong kubur saya”
Pak Bagio, membeli kapannya sendiri kepada malaikat yang berjualan di perempatan jalan.
Biar saya yang membelikan pak Bagio!


















BERINGIN KU CINTA

Jalan ku jalan cinta
Semua terurai bak akar-akar beringin yang berayun saling beradu
Beradu kiri, kanan, depan, dan belakang
Terikat ku dengan semua yang ku adu, semua meminta ikatan
Kini ku lapas ikatan tetapi kembali ku terikat kepada depan, belakang, kiri, dan kanan
Cinta ku jalan ku
Ujungku putus karna ikatan yang ku cobia ikat kuat.
Kembali berayun bertalian mengiringi hembusan gerik cinta.
Cinta ku.
Meminta ku lepas dari ujung pangkal, berdiri sendiri tak bersinggungan.
Jalan ku.
Kerikil begitu tajam wahai cinta
Ku minta alas ku untuk berpijak, paying ku pengganti rimbun beringin.
Cinta ku berjalan
Akhirnya, berayun sendiri-sendiri.














PERAWA VS WTS (tangisan kutang)

Desahan terus menggeliat
Malam bertabur kutang-kutang warna warni
Di ranjang papan bercat hitam seorang perawa mengadu nasib mala mini bersama tiga WTS gedongan.
            Aaaaaaaahhh…
            Nikmatnya bermabukkan sperma kemerah-merahan tanda perawan bagai anggur yang        membuat semua menjadi liar sayang.
Mengumpat semua kesakitan yang terasa,
Memekik semua kenikmatan
            Aaaaaaaahhh…
            Dosa, dosa, dosa,
            Kutang-kutang terus berIstiqfar, berzikir,
“ampuni dosa kami Tuan”
















TANGAN KECIL BERGIRING-GIRING (2)

Cerita dulu masih berlanjut,
 bocah itu masih sibuk dengan giring-giringnya, tapi lebih menderita di bawah butiran hujan malam yang menyiram tubuh kecilnya.
Hanya angin yang membalut tubuhnya dari dinginnya malam.
Sementara petugas berbaju seragam terus memburunya disetiap helaan nafasnya.
Gejala alam yang aneh,
Bocah berkulit gelap yang berumur 10 tahun itu sudah keriput,
Apa tubuhnya telah lapuk oleh zaman dan pemerintah yang terus mengusir hidupnya dari rumah jalanannya?
Tak pantas kalian meminta lebih, member sedikit saja kalian tak mampu.                                        



















JARUM PANJANG ARLOJI

Banyak detik yang menggelitik,
Mangusik memainkan music piringan hitam walaupun cuma berbisik.
Detik kini tak berbatrai, detik ini berderai memecah angin lalu.
Demi masa,
Diri ini sujud sampai akhir bunyi detik.
Tik… tik… tik…























JAMAN ZAMAN

Yang dia rasa kini aku rasa,
Saat anak manusia menaruhkan impiannya pada zaman, kini telah ditinggal jaman,
Sayang sepanjang zaman yang diumbar-umbar memang dia rasakan,
tapi zaman itu sendiri yang membuat sang pemeran utama sakit,
Bukan zaman yang merubah takdir pemeran,
tapi pemeran itu sendiri yang harus mencari perannya sendiri dengan bimbingan jaman dan doa zaman.
Tak ada kah kalian mengerti?
Apa yang kami rasa dan apa kami mau?
Kami tetap dikerangkeng dalam zaman yang katanya member hal baik untuk pelaku hidup.
Tak sama yang aku harapkan dan yang aku mau.


















KARTINI SEKARANG


Dia bukan karna tak tau hidup
Berjalan dia dengan bangga
Membusungkan dada dan berkata
“ Selamat pagi malam “

Tiada yang tau apa yang dia mau
Dia...dia...siapalah dia
Dengar suara lantangnya bertahta dengan bangga
menyebut semua buruknya

Dia bukan tak tau hidup
Tapi dia tak tau arti hidup seorang hawa
Aku buka mata dan berniat membunuh semua angannya.















AKU DAN MIMPIWATI


Aku punya kekasih tapi tidak berpacar lagi
Dia meninggalkan aku, padahal aku membutuhkannya

Aku bertanya kenapa kau tinggalkan aku..?

Tapi bukan dia yang begitu..!
Aku yang pergi
Saat itu dia tidak bertanya kenapa aku meninggalkannya (?)
Tapi dia bertanya kenapa aku tak menginginkannya..?

Saat itu aku seperti berada pada jenjang
Membuat ku gemang dan akhirnya jatuh membuat perutku ngilu seluruh badan.
Ingin ku perbaiki masa itu,
Tapi ku lebih dilu ditampar oleh
WAKTU_













PESAN BOCAH KECIL

Dentang lonceng malam,
semua dongeng masa lalu diputar dalam piringan hitam kusam.
Tapi karatnya sedikit merusak gulungan masa lalu.
Lihat!
Ada bocah kecil tengah membimbing waktu kembali kepada Tuhannya.
Kembali diputar masa itu,
saat malaikat meludahi mukanya sendiri.
Ingin memekik sekuat siput berlari sampai isi perut keluar menganga membiarkan pusar menjilati darahnya sendiri, Tampaknya marah dengan masa itu.
Lonceng itu kembali berdentang memberi sebuah kabar gembira
“siBocah sudah pulang”
Waktu itu telah diantar pada tuhannya,
Lihat!s
Dia mengadu pada Tuhan
“siBocah merubah zaman ku”.














TANGAN KECIL BERGIRING-GIRING (1)

Wajah hitam bersihnya bertaburan dijalanan.
Tampak ada batu tersemat di kepala pemilik giring-giring buatan tangan itu
Bak sinden dia melantunkan nyanyian perih kehidupannya, seolah menyindir orang yang mendengar.
Gadis kecil kini mengejar hidup dengan teman matinya itu hanya untuk mencapai niat menyambung usus yang telah terbuai menyapu tanah beraspal.
Dimana kalian yang menyuruh bocah itu bertapak kaki kulit  melepuh sepanjang trotoar?
Apa kalian terlalu kaya untuk memberikan mereka hidup!
Apa terlalu besar uang kalian untuk ada kembaliannya?
Lihat bocah-bocah itu.
Mereka dustai dan didustai hidup!
Tak cukup kulit baginya untuk mengeluarkan keringat, mata pun juga sumber keringat pertanda berat hidup kalian yang harus mereka sandang di usia tujuh tahun.



























BIARKAN AKU MENJADI
LABA-LABA
PENGHIAS LANGIT, HARI INI SAJA
TAPI PINJAMKAN KU TINTA PADA MALAIKAT


















INGIN TUKAR OTAK

chairil,,,,chairi,,,,
mati kau sebelum berpesan pada kami,,,

kami tunggu semua cerita mu tentang dunia,,,

bagus kau bimbing kami,,tapi apa guna,,,
kau mati...

tak sadar kau kami masih perlu warisan itu..
warisan hidup untuk kami,,,

chairil,,,chairil,,,
apa yang dulu kau fikir sampai kami jadi ikut dalam fikirmu...

tapi kami mau warisan kau dulu,,yang kau beri pada otak jenius itu??

chairil,,,chairill,,,












KARYA LANGIT

pernah ada indah,

pernah ada duka,

kadang juga malu,

marah pun sering,

dengan mata malaikat Dia menghukum penghuni vana,
tapi terkadang, ditumpahkan tinta warna warni dengan makna hidup terindah,
dan batin pun menjadi penilai yang jenius.
















KINCIR ANGAN


aku ingin seperti chairil yanghidup 1000 tahun lagi
aku juga berangan seperti sitor yang dengan tiga kata dalam dunianya.

jangan lupakan sutardji yang gila dengan karya Alif nya,
tapi aku hanya orang yang mengaku gila tapi tetap tak mau dibilang gila,

aki ini masih tetap bocah kecil yang dengan senyum luka bermain kata-kata yang baru besok atau lusa aku mengerti maknanya.





















JALAN KAMI


Apa kalian tau apa yg kami fikirkan,apa yg kami tanya kan . . .
Kalian tak tau siapa kami,kalian tak tau hidup kami . . .
Jgn kalian manis dDepan kami,tp mengupat, mencemooh hdup kami. . . Siapa kalian, apa hak & wajib kalian mengecam kami.
Hidup kami, karya kami, kami bahagia tak perlu kalian kecam.

Kami tak tau apa yang akan kami tanya
maka tak perlu kalian menjawab. . .
Kami, hidup kami, kami berkarya, kami bahagia. . .

Itu hak kami, itu hidup kami.
















AKTOR


Dua satu
semua tinggal
tidak ada peran
ya ya ya


dua satu
melodi angin
kemana terbangnya
tidak tidak tidak


tangis tawa
semua arti hidup
semua berjalan dalam dramanya
sendiri
? ? ?


apa arti

wajah itu
wajah ini
wajah semua
drama drama drama


jadi apa peran KU?

Tak ada peran

ya ya ya








KONFLIK HATI DAN PENGHUNI KUBUR

Tutup Mata
hhuuuaahhh

ada apa?

hhhuuuaahhh, pukul berapa
sekarang?

kenapa diam, apa kalian sudah tidur,
mau kalian kalah dari orag ini,
Bodoh

hai,,
dinding,atap,lantai,,
ada apa?
kenap kalian?

kalian marah atau
kenapa

hhhuuuaaahhh
ya sudah
aku juga akan tidur,lebih lama dari
kalian,

Aku. . . .

Tutup Mata,